Author : Watsiq Yasar, S. Sos I Editor : Rizal Arif Maulana

Pada 4 November 2021, 5 mahasiswa jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial UIN Sunan Kalijaga melaksanakan case conference di Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) Yayasan Senyum Kita, sebagai bagian dari program Praktikum Pekerjaan Sosial (PPS) semester ganjil tahun ajaran 2021/2022. Mahasiswa tersebut di antaranya adalah Dany Setyawan, Kisy Anif, Nurwanto Iskandar, Imeliana, serta Misbahul Huda. Kegiatan ini dilaksanakan di Rumah Senyum dengan pendampingan dari kampus, yaitu oleh Nanda Khairani, S.Sos.
Case conference adalah pertemuan mahasiswa sebagai praktikan—yaitu orang yang melakukan praktikum, dalam hal ini sebagai pekerja sosial—dengan pihak lembaga untuk menyampaikan hasil asesmen dan rencana intervensi terhadap adik senyum yang mereka dampingi. Secara sistematis, asesmen adalah salah satu tahapan dari intervensi praktik pekerjaan sosial, yang dimulai dari pembuatan kontrak (engagement), asesmen (penggalian permasalahan dan potensi), perencanaan, implementasi perencanaan, monitoring dan evaluasi, serta terminasi.
Hadir juga dalam case conference yang pertama kali diselenggarakan di LKS Yayasan Senyum Kita ini dua dosen dari Program Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial UIN Sunan Kalijaga. Beliau adalah Ibu Siti Solechah, M.Si (Ketua Prodi Ilmu Kesejahteraan Sosial) dan Bapak Latiful Khuluq, BSW, Ph.D, yang sedang bertugas dalam pengabdian masyarakat di LKS Yayasan Senyum Kita.
Sedangkan pihak yang hadir dari LKS Yayasan Senyum Kita adalah Dwi Wahyu Arif Nugroho, S.Psi. selaku Presiden Direktur Yayasan Senyum Kita, Watsiq Yasar, S.Sos selaku Direktur LKS Yayasan Senyum Kita, M. Reyhan T.D Majid, S.IP selaku Direktur Unit Kegiatan dan Kerelawanan Senyum (UKKS) dan juga Tabah Yugo Prasetyo, S.Psi. selaku Direktur Badan Usaha Milik Yayasan (BUSMY) Senyum Kita.

Case conference pertama dilakukan oleh Imeliana yang mendampingi klien atas nama TR. Selama ini TR kekurangan rasa percaya diri yang banyak dipengaruhi oleh faktor sistem sumber. Akan tetapi TR memiliki potensi dalam menari dan bernyanyi. Rencana intervensi akan difokuskan pada pengembangan potensi sehingga TR lebih percaya diri.
Case conference kedua, pemaparan oleh Nurwanto Iskandar tentang klien atas nama MBS. Hasil asesmen menunjukkan bahwa MBS merupakan anak berprestasi yang ditunjukkan dengan keaktifannya dalam kegiatan organisasi intra sekolah. Di sisi lain, MBS juga memiliki motivasi belajar yang tinggi serta memiliki ketertarikan pada dunia otomotif. MBS mendapatkan dukungan moril yang besar dari keluarga sehingga hal inilah yang akan menjadi fokus tindak lanjut untuk intervensi berbasis kekuatan klien. Rencana intervensi yang akan dilaksanakan adalah memberikan pendampingan eksplorasi pada dunia otomotif.
Case conference ketiga, pemaparan oleh Misbahul Huda tentang hasil asesmen dan rencana intervensi terhadap klien atas nama SH. Hasil asesmen SH menunjukkan bahwa sejak klien putus sekolah, motivasinya untuk belajar dan bersekolah lagi semakin meningkat, tetapi motivasi ini tidak stabil. Rencana intervensi akan difokuskan kepada peningkatan motivasi belajar pada klien SH.
Case conference keempat, pemaparan oleh Dany Setyawan tentang asesmen dan rencana intervensi terhadap klien atas nama AY. Hasil asesmen menunjukkan bahwa AY memiliki durasi waktu penggunaan gadget yang berlebihan. Hal tersebut berpengaruh pada sikapnya ketika berkomunikasi dengan orang lain. AY selalu disibukkan dengan gadgetnya. Praktikan melihat bahwa hal tersebut perlu direspon dengan dilakukannya pendampingan. Rencana intervensi yang akan dilaksanakan terhadap klien AY adalah pendampingan penggunaan gadget yang lebih efektif bagi seorang pelajar.
Case conference kelima, pemaparan oleh Kisy Anif tentang asesmen dan rencana intervensi klien atas nama RH. Hasil asesmen menunjukkan bahwa RH adalah anak yang memiliki rasa malu berlebihan dan sering kali gemetar saat bertemu dengan orang baru. Faktor yang menyebabkan RH demikian adalah selama ini klien lebih menarik diri sehingga jarang berinteraksi dengan orang lain baik teman sebaya maupun masyarakat secara umum. Rencana intervensi berfokus untuk melatih public speaking sehingga RH lebih percaya diri di hadapan umum.
Case conference merupakan salah satu proses mekanisme pekerjaan sosial setelah dilakukan asesmen dan penyusunan perencanaan intervensi. Hal ini dilakukan guna dapat memberikan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan adik senyum yang memiliki nilai keunikan berbeda. sebab tidak semua adik senyum yang didampingi memiliki hambatan, kebutuhan, dan solusi yang sama.
Leave a Reply